4.3.14

ParaNorman

Gue baru aja selesai nonton PARANORMAN di HBO. Gue sempet liat promo filmnya di bioskop. Tapi gue ga pernah berniat menontonnya. Gue suka skeptik duluan sama film animasi. Haha! Ketauan ya gue males baca / cari tau :p

Film ini berkisah tentang anak lelaki berusia 11 tahun, Norman Bobcock yang punya kelebihan unik yaitu mampu melihat hal-hal yang orang lain ga bisa liat alias arwah. Bukan cuma melihat tapi Norman juga bisa bicara sama arwah. Norman dianggap gila dan aneh sama semua orang. Sama keluarganya, teman-temannya, tetangga, sampai ia sering merasa terkucilkan. Tapi Norman ga pernah kecil hati. Dia cuma galau sedikit. Singkat cerita Norman dihadapkan oleh suatu hal dan ga ada satupun yang bisa menyelesaikannya kecuali dia. Norman dibawa ke dalam situasi di mana dia harus mengakhiri sebuah kutukan sihir. Kutukan itu awalnya datang dari anak perempuan kecil yang bernama Agatha atau Aggie. Aggie juga sama seperti Norman, mampu melihat hal hal tak kadat mata. Bedanya, Aggie merasa sakit hati karena perlakuan orang orang terhadap dia. Maka muncul rasa dendam dan Aggie ingin membuat semua orang yang sudah menyakitinya susah dan menderita dengan sebuah kutukan. Kutukan itu menjadi nyata dan akhirnya orang orang itu mati namun belum mati dengan damai lalu mereka menjadi zombie. Gue skip adegan di tengah film karena harus mandi dan makan malam. Kemudian sampai di adegan ketika Norman berhasil menghadapi para zombie. Orang awam kalau liat zombie ini bisanya cuma menggeram sementar Norman mah bisa ngomong sama zombie. Luar biasa ya. 
Di akhir film semua arwah yang penasaran akhirnya bisa pergi dengan tenang. Nah, di bagian ini yang bikin gue sedikit haru. Bahkan gue sempet nangis. Selain karena memang cerita dramanya ParaNorman bagus, gue anaknya cengeng juga. Hehe.

Adegan waktu zombie dan arwah penasaran yang harus pergi dengan tenang itu divisualisasikan seperti kepulan asap yang perlahan memudar lalu menghilang. Gue PERNAH mengalami visual serupa dalam mimpi. 

Ceritanya keluarga gue mengadakan pengajian 40 hari kepergian abang gue Alvin. Biasa gue manggil dia Alpin. Ya. Alpin adalah abang tertua gue. Meninggal dalam tidurnya kala menderita penyakit lever kronis. Sehari sebelum pengajian gue mimpi mendapatkan Alpin lagi duduk di kursi teras sedang memangku Sultan, bocah kecil anak tetangga sebelah rumah yang sering main sama gue. Gue menghampiri dia dan menyambut seolah seperti baru pulang ke rumah. "Kemana aja sih Pin kok baru pulang?" Sambut gue senang.
Alpin yang saat itu duduk sambil mainin Sultan menjawab "Iya.. Ini gue pulang". Kemudian gue dan abang gue ngobrol ngobrol kayak dua orang yang udah lama gak ketemu. Sampai akhirnya dia bilang "Gue cabut ya Sty. Lo baik baik ya". Sambil mengusap kepalanya Sultan. Gue kecewa "Lah mau kemana lagi sih? Kan lo baru pulaaang..".
"Gue harus cabut sekarang.." Katanya. Gue masih terus ngerengek nahan supaya dia ga pergi. Lalu gue liat tubuh abang gue berubah jadi kayak transparan. Sambil terus ngomong pamit. Gue sedih sekaligus keheranan. Gue tau dia harus pergi tapi gue tetep berharap dia ga pergi. Tubuh abang gue yang pelan pelan berubah transparan itu lama lama berpendar dan kemudian hilang. Sultan yang tadinya ada dipangkuannya jadi terduduk sendiri di kursi itu. Gue nangis sesenggukan. Sampai akhirnya gue terbangun dari tidur dan buru buru istigfar. Ternyata gue mimpi.. Tapi terasa kayak nyataaaa sekali. Saat itu gue sadar memang hari itu adalah hari ke 40 dia meninggal dan malamnya keluarga bakal mengadakan pengajian. 

Gue cerita ke orang rumah. Nyokap bilang kalau keluarga yang meninggal itu jiwanya masih ada di rumah sampai hari ke 40. Ternyata gue mengalaminya. Walaupun cuma lewat mimpi. Wallahualam bishawab kenapa gue dikasih mimpi seperti itu. 

Bulan Februari adalah bulan kepergiannya Alpin. Tahun ini tepat 8 tahun kepergiannya. Doa gue menyertainya selalu. Semoga Allah SWT mengampuni segala dosanya, menerangkan alam kuburnya dan Alpin dimudahkan jalannya menuju syurga. 



I miss you, Pin.